Yoshikazu Okada adalah sosok yang mungkin tidak terkenal secara global, namun memiliki pengaruh signifikan dalam ranah keagamaan di Jepang. Sebagai pendiri Sukyo Mahikari, Okada telah memperkenalkan ajaran dan praktik yang menggabungkan elemen Shinto, Buddhisme, dan pemikiran apokaliptik. Artikel ini akan menyelidiki kehidupan dan pengaruh Yoshikazu Okada serta pembentukan Sekte Mahikari.

Latar Belakang dan Kehidupan Awal Yoshikazu Okada

Yoshikazu Okada lahir pada 23 Desember 1901 di Jepang. Sebelum mendirikan Sukyo Mahikari, Okada berkarier sebagai pebisnis yang sukses. Namun, kehidupannya mengalami perubahan drastis setelah ia mengalami serangkaian pengalaman spiritual yang menyebabkan ia meninggalkan kehidupan duniawinya dan beralih ke kehidupan spiritual.

Pendirian Sukyo Mahikari

Pada tahun 1959, setelah mengalami apa yang ia klaim sebagai wahyu ilahi, Okada mendirikan organisasi keagamaan yang kemudian dikenal sebagai Sukyo Mahikari. Organisasi ini mengajarkan tentang pentingnya pembersihan spiritual melalui ‘Okiyome’ – sebuah praktik tangan di atas kepala yang diyakini dapat memancarkan cahaya ilahi dan membersihkan jiwa serta pikiran.

Ajaran dan Praktik

Ajaran Sukyo Mahikari berpusat pada konsep bahwa peradaban dunia akan mengalami pemurnian besar-besaran, dan hanya mereka yang menjalani kehidupan yang sesuai dengan prinsip-prinsip ilahi yang akan dapat bertahan. Okada menggabungkan unsur nasionalisme Jepang dengan doktrin agama, dan mengklaim bahwa Jepang akan memimpin dunia ke era baru keharmonisan dan kedamaian.

Pengaruh dan Ekspansi

Meski berawal di Jepang, Sukyo Mahikari telah menyebar ke berbagai negara, dengan pengikut yang diklaim berjumlah ratusan ribu orang di seluruh dunia. Organisasi ini telah membangun kuil-kuil dan pusat-pusat kegiatan di banyak kota besar, menarik mereka yang mencari spiritualitas alternatif.

Kontroversi dan Kritik

Seperti banyak gerakan keagamaan baru lainnya, Sukyo Mahikari dan Yoshikazu Okada tidak luput dari kontroversi dan kritik. Beberapa mantan pengikut dan pengamat sekte telah mengekspresikan kekhawatiran tentang praktik dan doktrin yang diajarkan, serta struktur kekuasaan dan finansial organisasi tersebut.

Kesimpulan

Yoshikazu Okada meninggal pada tahun 1974, namun warisannya terus hidup melalui Sukyo Mahikari. Meskipun merupakan sosok yang mungkin tidak dikenal oleh banyak orang, pengaruhnya dalam konteks keagamaan Jepang tidak dapat dianggap remeh. Artikel ini telah menjelajahi kehidupan Okada, dari awal mula kepemimpinannya hingga pembentukan dan pengembangan Sukyo Mahikari, serta tantangan dan kontroversi yang dihadapi oleh gerakan tersebut.

Tokoh seperti Okada mengingatkan kita pada keragaman spiritualitas dan agama yang ada di dunia, serta bagaimana individu dapat mempengaruhi dan memulai pergerakan yang memiliki dampak jangka panjang, terlepas dari bagaimana pergerakan tersebut dilihat oleh masyarakat luas. Sukyo Mahikari tetap menjadi bagian dari lanskap keagamaan yang beragam dan terus berkembang, mencerminkan pencarian manusia yang tak berkesudahan untuk pemahaman spiritual yang lebih dalam.